esok 13 april 2009,bermulalah study week bagi tempat saya belaja...minggu depan bakal bermula perjuangan,penentu kejayaan atau kegagalan buat semester ini..
mungkin ada disaat ini yang terasa putus asa, sudah tak mampu lagi...jangan difikirkan keresahan yang melanda,itu semua akan membawa kepada kegagalan...pandanglah kehadapan,kejayaan yang bakal kita kecapi..insyaAllah..
berusahalah untuk berjaya,jangan berusaha untuk gagal...
berusaha untuk berjaya: manfaatkan masa yang ada sebaik mungkin dengan melakukan persiapan-persiapan terakhir menuju hari penentuan..
berusaha untuk gagal: menggunakan masa yang ada dengan memikirkan keresahan hati yang berpanjangan..memikirkan hari-hari yang berlalu yang tidak diisi dengan sebaiknya..
marilah kita sama-sama bangun, gunakan masa yang ada sebaik mungkin, jangan lah kita berada dalam golongan manusia yang kerugian..
"demi masa,sesungguhnya manusia itu dalam kerugian.."
ayuh semua!bangkit...kuatkan semangat...lakukan yang terbaik untuk final semester ni...
bismillahirrahmanirrahim... Assalamualaikum wbt... Alhamdulillah berjumpa lg kita di ruangan yang kecil ini, untuk kita sama-sama berkongsi apa yang ada...
dikesempatan yang ada, saya sempat melihat email di dalam inbox, ada satu email yang ingin saya kongsi bersama teman-teman..bagi mengingatkan kita kepada insan yang mulia ini.. kisah ini sudah banyak kali saya baca.tp, setiap kali membacanya perasaan rindu membuak2 untuk bertemu dengan baginda...sama2 kita doakan, kita tergolong dalam golongan mereka yang dapat menatap wajahnya di akhirat nanti...insyaAllah..
kisahnya bermula dengan ....
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam,"kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan didunia. Dialah malaikatul maut,"kata Rasulullah,Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini."Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,"kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya,"kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,"kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu,Ali segera mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.